LANSKAP SUBAK BALI: Warisan Budaya Dunia (2012)
Warisan Budaya Dunia |
Subak merupakan sistem pengelolaan air untuk persawahan terasiring di Bali. Pengetahuan masyarakat setempat tersebut telah berhasil membuat persawahan menjadi pemandangan alam yang begitu indah.
Tradisi ini sudah ada sejak abad ke-9, yang mempratikkan falsafah Tri Hita Karana, yaitu prinsip keseimbangan antara manusia dengan sesamanya, dengan alam dan dengan Tuhan.
Konsep Tri Hita Karana lahir dari perpaduan antara kearifan setempat dengan pengaruh budaya dari India.
Sampai hari ini, kearifan tersebut tercemin pada keseluruhan peraturan adat masyarakat Hindu Bali (Awig-awig), termasuk manajemen Subak.
Nominasi landskap Budaya Bali dimulai tahun 2000-an oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan.
Sempat terhenti karena kendala kekurangan data dan revisi draf, ahli subak Dr. J. Stephen Lansing dari Universtas of Arizona dan Stockholm Resilience Center membantu penyempurnaan dokumen.
Pada tahun 2011, dokumen nominasi terbaru diajukan ke WHC UNESCO.
Dokumen tersebut disusun oleh Pemerintah Provinsi Bali khususnya oleh Dinas Kebudayaan dan Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata melalui Balai Pelestarian Cagar Budaya Gianyar.
Pada 20 Juli 2012, UNESCO mengesahkan nominasi Cultural Landscape of Bali Province sebagai Daftar Warisan Budaya yang harus dilindungi dan dilestarikan.
UNESCO menilai bahwa budaya tradisi pengelolaan irigasi air melalui lembaga bernama Subak telah memberikan harmonisasi antara alam dan dunia spiritual (ritual, sesajen dan pertunjukkan seni).
Selain itu, Subak mempresentasikan sistem demokrasi dan kesetaraan serta pengelolaan bersifat ekologi yang mengikuti kontur lanskap persawahan.
Selama berabad-abad, sistem tersebut membuktikan bahwa pulau Bali telah menjadi lumbung padi yang berhasil memberikan penghidupan bagi penduduknya.
Landskap Subak Bali yang seluas sekitar 20.000 ha tersebut terdiri dari properti yang berupa pura air, sawah berteras dan sarana irigasinya.
Subak merupakan sistem pertanian percontohan yang berkelanjutan.
Salah satu contoh kawasan persawahan yang menerapkan sistem subak adalah Jatiluwih.
Jatiluwih merupakan persawahan terasiring yang terletak 700 mdpl tepat di kaki Gunung Batukaru, Tabanan Bali.
Keindahan persawahan terasiring Jatiluwih berhasil menarik sekitar 200.000 wisatawan asing dan mancanegara setiap tahunnya.
Terima kasih.
Post a Comment