TAMBANG BATU BARA OMBILIN SAWAHLUNTO (2019)
Situs Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto terletak di Provinsi Sumatera Barat. Pada sidang WHC UNESCO pada tanggal 6 Juli 2019, Ombilin Mining Heritage of Sawahlunto ditetapkan menjadi warisan dunia yang harus dilestarikan dan dilindungi.
Budaya Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto merupakan sistem terpadu dan menyeluruh mulai dari fasilitas penambangan batubara, pemrosesannya, sampai ke fasilitas pengiriman dan pengapalan hasil tambang.
Properti yang ditetapkan sebagai Warisan Budaya UNESCO tidak hanya terbatas pada pertambangan dan fasilitas pendukung kehidupan bagi penambang saja, melainkan juga kilang untuk memproses, jalur kereta api untuk mengirimkannya ke Pelabuhan Emmahaven di Padang, serta fasilitas pelabuhan pengiriman khusus batubara ke luar negeri.
Gambar 1 |
Keseluruhan properti tersebut seluas 269 ha dengan luas zona penyangga sekitar 7,3 ha yang tersebar di tujuh kabupaten dan kota, yaitu Kota Sawahlunto, Kabupaten Solok, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Tanah Datar, Kota Padang Panjang, Kabupaten Padang Pariaman, dan Kota Padang.
Gambar 2 |
Kawasan Sawahlunto diberikan status Warisan Budaya Dunia karena memiliki keunikan dan dinilai unggul pada kategori Nilai Universal Luar Biasa (Outstanding Universal Value).
Sawahlunto adalah bukti adanya pertukaran dan perpaduan, antara pengetahuan dan praktek pengetahuan Eropa dengan kearifan masyarakat setempat yang sudah memiliki kemampuan mengenali kandungan batubara di wilayah tersebut.
Ini adalah warisan industri pertambangan batubara pertama di Asia tenggara dan menjadi contoh luar biasa dari sisi keseluruhan teknologi yang dibangun oleh para insinyur Eropa dalam periode industrialisasi dan kolonisasi global pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.
Selain itu, warisan Sawahlunto juga berupa kota pertambangan modern yang dibangun khusus dan terencana bagi 7.000 penduduk.
Lengkap dengan semua fasilitas mulai dari perumahan, tempat makan, layanan kesehatan, sekolah, sampai ke fasilitas tempat peribadatan dan rekreasi.
Gambar 3 |
Sawahlunto memberikan gambaran kehidupan para buruh tambang yang terdiri dari masyarakat Minang, Jawa, dan Tionghoa dalam hubungannya dengan pengusaha Eropa.
Sejumlah kekhasan itu tidak ditemukan di tempat lain di dunia, sehingga merupakan bukti yang luar biasa dari suatu industri rintisan penerapan teknologi ekplorasi tambang pada masa kolonial di dunia dengan kompleksitas sosial budayanya.
Paska berhentinya perusahaan tambang batubara Ombilin Sawahlunto pada tahun 1999, Pemerintah Kota Sawahlunto bertekad untuk tetap menghidupkan kota ini dengan mengubahnya menjadi kota tujuan wisata warisan budaya pertambangan dengan pembangunan Musuem Tambang Batubara Ombilin.
Gagasan Pemerintah Daerah Kota Sawahlunto untuk menjadikan kota tambang Ombilin Sawahlunto menjadi warisan dunia mulai muncul tahun 2005 dan didukung sejumlah langkah pelestarian warisan tambang yang ada.
Gambar 4 |
Selain itu segala persiapan untuk nominasi mulai dilakukan. Langkah strategis lain yang ditempuh adalah menjadikan Kota Lama Tambang Batubara Sawahlunto diusulkan dan berhasil ditetapkan menjadi Kawasan Cagar Budaya Peringkat Nasional oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, pada tahun 2014.
Selanjutnya, Januari tahun 2015, usulan pendaftaran ke Daftar Sementara (Tentative List) diterima oleh WHC UNESCO dengan judul nominasi: Sawahlunto Old Coal Mining Town.
Proses nominasi Warisan Dunia Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto melibatkan banyak pihak seperti ITB, Universitas Andalas, Universitas Bung Hatta, Universitas Padang, Universitas Indonesia, dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Proses pendampingan dan dukungan nominasi banyak dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan Unit Pelaksana Teknis-nya, Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat, PT Bukit Asam serta PT dan Kereta Api Indonesia, khususnya Regional II.
Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia membantu dalam memfasilitasi berbagai proses koordinasi.
Pemerintah Kota Sawahlunto mengawal dossier nominasi melalui Kantor Peninggalan Bersejarah dan Permuseuman Kota Sawahlunto.
Bantuan penyediaan data diperoleh dari Pemerintah Belanda melalui kerja sama.
Dalam proses penulisan dossier, beberapa tenaga ahli warisan budaya dari Jakarta juga terlibat aktif, termasuk dari ICOMOS Indonesia.
International experts yang banyak membantu adalah Dr. Richard Engelhard dan beberapa pakar dari Belanda di bawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, dan Ilmu Pengetahuan Belanda, Museum Nasional Kereta Api Narrow Gauge Valkenburg, serta Arsip Nasional Belanda.
Pemetaan dibantu oleh P.T. Buka Peta Media.
Terima Kasih.
Post a Comment